Saturday, June 18, 2011

ujungkelingking - Sebagai seorang Muslim, masalah apa yang Anda anggap paling besar, yang tengah menimpa Umat ini?

Jawaban Anda mungkin berbeda dengan saya. Tapi tak apa-apa, bukan itu poinnya.

Yang akan saya bicarakan berikut ini adalah masalah yang ternyata dianggap sepele oleh sebagian besar kaum Muslimin. Dianggap remeh, bukan suatu hal yang besar. Tapi saya –bagaimana pun juga- tetap akan menggolongkannya sebagai masalah yang amat besar. Kenapa begitu? Karena ketika kita terus menyepelekannya dan tidak menaruh perhatian besar kepadanya, maka percayalah kehancuran Umat ini sudah di depan mata.

Seperti kita ketahui bahwa hal pertama yang akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Hakim Yang Maha Adil di hari penghisaban nanti adalah, sholat. Bila dianggap baik sholat kita, maka dianggap baik juga seluruh amalan kita. Tentu, berlaku juga sebaliknya, bila sholat kita dianggap buruk, maka dianggap buruk juga semua amalan kita. Karena itu kita sepakat bahwa sholat adalah suatu hal yang amat penting.

Nah, karena begitu pentingnya masalah sholat ini, maka menjadi penting juga faktor-faktor pendukungnya. Sampai disini saya yakin Anda juga masih sepakat dengan saya.

Dalam setiap sholat berjama’ah, kita selalu mendengar imam menyerukan, “rapatkan dan luruskan shaf”. Hampir tidak pernah lupa imam memperingatkan kita untuk menjaga rapat dan lurusnya shaf kita. Kenapa? Karena ternyata shaf yang lurus dan rapat menjadi salah satu standar kesempurnaan sholat yang kita lakukan. Artinya bila kita gagal mempertahankan hal ini, maka sholat kita akan dinilai buruk. Pada akhirnya sholat yang kita kerjakan akan kehilangan intinya sebagai “pencegah perbuatan keji dan mungkar”. Dan bukannya semakin dekat, kita malah akan semakin jauh dari Allah subhanahu wa ta’ala, yang itu berarti kita juga semakin jauh dari rahmat dan pertolongannya.

Lalu kenapa saya mengatakan ini adalah masalah yang urgent?

Karena pada kenyataannya, umat Muslim (baca: pengusaha Muslim) juga turut berperan dalam melonggarkan shaf-shaf kita. Apa buktinya?

Sajadah!

Ya, sajadah.

Pernahkah Anda mempertanyakan kenapa sajadah-sajadah sekarang dibuat dalam ukuran yang begitu lebar? Bahkan, selembar sajadah tak jarang bisa dipakai oleh dua orang.

Pernahkah Anda berpikir bahwa sajadah-sajadah itu juga turut merenggangkan shaf-shaf kita?
 
Bukankah dengan begitu sajadah-sajadah itu turut memberi andil kepada iblis-syaithan untuk mengisi celah-celah kosong shaf kita, untuk kemudian memporak-porandakan barisan kita?

Sungguh ironis memang ketika kita pada akhirnya harus mengatakan bahwa, sajadah pun bisa mengantarkan kita kepada kehancuran.

Wallahu a’lam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, June 18, 2011

Tuesday, June 14, 2011

ujungkelingking - Berdasarkan studi baru, selera atau pola makan anak lebih banyak dipengaruhi oleh ayah, dan bukan ibu. Menurut Alex McIntosh, sosiolog Texas AgriLife Research yang memimpin penelitian, seperti dilansir Indiavision, Senin (13/6/2011) bahwa pria yang suka makan makanan junk food akan lebih cenderung memiliki anak-anak yang juga memiliki kebiasaan serupa.

Menurut Journal of Nutrition Education and Behaviour, pilihan makanan seorang pria akan berpengaruh kelak pada pilihan makanan anak-anaknya. Faktor ayah -bahkan- lebih kuat mempengaruhi anak ketimbang faktor dari ibu.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ayah lebih berpengaruh terhadap kegemukan pada anak daripada ibu. Studi ini menunjukkan bahwa ayah lebih toleran atau permisif –dalam hal makanan- terhadap anak-anaknya.

Berbeda dengan ibu yang lebih memperhatikan kandungan gizi dari makanan yang akan diberikan pada anak-anaknya, seorang ayah cenderung lebih membiarkan anaknya memilih makanan apa saja yang ia suka, apalagi bila makanan tersebut juga merupakan kesukaan ayahnya, termasuk makanan cepat saji atau junk food.

Selain itu, ekspresi wajah orangtua juga turut mempengaruhi selera makan anak. Jika anak-anak melihat orangtuanya bahagia atau tersenyum saat mengonsumsi makanan tertentu maka kondisi ini akan membuat anak menginginkan makanan tersebut. Sebaliknya, jika diberikan ekspresi jijik cenderung membuat anak-anak tidak mau mengonsumsinya. Maka, jika seorang anak tidak menyukai makanan tertentu, dengan memberikannya ekspresi wajah yang menyenangkan akan membuat anak lebih terbuka terhadap makanan tersebut.

Sylvie Rousset, peneliti dari French National Institute for Agricultural Research menuturkan bahwa anak-anak lebih mungkin meniru emosi orang-orang disekitarnya, karena itu ekspresi wajah yang muncul saat mengonsumsi makanan akan memiliki dampak yang lebih besar pada anak-anak dibanding orang dewasa. Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Obesity.

Sumber: detikHealth
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, June 14, 2011

Monday, June 13, 2011

ujungkelingking - Sabtu, 11 Juni 2011 kemarin, pabrik di tempat saya bekerja mengadakan training in house bertajuk “Awareness & Communictions” yang berlokasi di rumah makan-cottage “Waroeng Desa”, Jati Jejer, Trawas.

Berangkat dari pabrik pukul 07.00, dengan diikuti oleh sekitar 80-an karyawan. Sampai di tempat tujuan pukul 08.30. Kami langsung mengikuti training, dengan beberapa kali coffe break dan kami kembali ke pabrik sekitar pukul 18.30.

Tapi bukan itu bagian menariknya. Dengan trainer Pak Yan Cahyana, pemilik brand "RëBORN!" –training based on the right brain- membuat training yang hampir seharian itu begitu impresif bagi saya.

Dalam training itu kami diajari tentang bagaimana mengenali tipikal diri sendiri. Kami diperkenalkan 4 tipe dasar manusia, kelebihan dan kekurangan dari tipe-tipe tersebut, mengklasifikasi seseorang pada tipe-tipe tertentu dan bagaimana menghadapinya, atau bagaimana kita bisa shifting (bergeser) dari satu tipe kepada tipe yang lain sebab bila kita terpaku pada satu tipe saja, maka dampaknya akan sangat buruk. Singkatnya, bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi otak kanan kita.

Menarik, karena setelah mengikuti training tersebut, seseorang akan mudah dalam memahami orang lain. Ketika kita melihat seseorang yang kurang baik sifatnya, kita tidak akan mencela –bersu’udzon- terhadapnya. Kita akan memandangnya sebagai sesuatu yang “wajar” karena pada masing-masing tipe pasti ada karakter-karakter yang tidak baik. Ada kelemahan pada masing-masing tipe. Kita akan (benar-benar) paham bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Yang perlu disadari kemudian adalah, seseorang pada tipe tertentu tidak akan bisa berganti (changing) ke tipe yang lain. Yang bisa dilakukan adalah shifting (bergeser). Shifting itu sendiri, kadang kita melakukannya dengan tanpa sadar. Seseorang yang berkecenderungan suka mengalah (tipe III), ketika pada satu waktu dia menyerobot, maka itu berarti dia tengah shifting ke tipe II. Hanya saja dia tidak menyadarinya.

Nah, pada training lanjutan-nya seseorang akan diajari bagaimana shifting dalam keadaan sadar. Artinya kita yang mengendalikan perasaan kita.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 13, 2011
ujungkelingking - Dari definisi dan konteks jihad di atas, jelas sekali bahwa tindakan terorisme (dalam arti melakukan berbagai peledakan bom ataupun bom bunuh diri bukan dalam wilayah perang, seperti di Indonesia) bukanlah termasuk jihad fi sabilillah. Sebab, tindakan tersebut nyata-nyata telah mengorbankan banyak orang yang seharusnya tidak boleh dibunuh. Tindakan ini haram dan termasuk dosa besar berdasarkan firman Allah subhanahu wa ta’ala:


مَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

“Siapa saja yang membunuh seorang Mukmin dengan sengaja, maka balasannya adalah neraka Jahanam, ia kekal di dalamnya, Allah pun murka kepadanya, mengutukinya, dan menyediakan baginya azab yang besar.” [QS An-Nisa': 93]

Keagungan jihad tidak boleh dinodai

Telah dijelaskan di awal, bahwa jihad adalah amal yang agung. An-Nawawi, dalam Riyadh ash-Sholihin, membuat bab khusus tentang jihad. Beliau antara lain mengutip sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa salaam sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Hurairah:

Rasulullah shallahu ‘alaihi wa salaam pernah ditanya, "Amal apakah yang paling utama?" Jawab Nabi, "Iman kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau diitanya lagi, "Kemudian apa?" Jawab Nabi, "Perang di jalan Allah." Beliau ditanya lagi, "Kemudian apa?" Jawab Nabi, "Haji mabrur."
(HR Bukhari dan Muslim)

Karena itu, sudah seharusnya kaum Muslimin menjaga keagungan jihad. Sebab, di samping makna jihad telah diterapkan dengan kurang tepat, keagungan jihad juga telah sengaja direndahkan oleh orang-orang Kafir. Barat, misalnya, telah lama menyebut Islam sebagai agama 'barbarian' hanya karena mengajarkan jihad. Presiden Bush bahkan menyebut Islam sebagai agama radikal dan fasis, sementara PM Inggris Blair menjuluki Islam sebagai 'ideologi Iblis'.

Semua itu tidak lain sebagai bentuk propaganda mereka agar kaum Muslimin menjauhi aktivitas jihad. Sebab, bagaimanapun Barat menyadari bahwa jihad adalah ancaman terbesar bagi keberlangsungan mereka atas Dunia Islam. Karena itu, Barat bahkan berusaha agar jihad dihilangkan dari ajaran Islam.

Maka, di satu sisi kita jelas tidak setuju jika peledakan bom terhadap masyarakat (termasuk Muslimin) -bukan dalam kondisi perang- dikategorikan sebagai jihad. Sebaliknya, di sisi lain, kita pun harus mewaspadai setiap upaya dari kafir penjajah yang berusaha memanipulasi bahkan menghapuskan ajaran dan hukum jihad dari Islam demi kepentingan politik mereka.


dari berbagai sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, June 13, 2011

Friday, June 10, 2011

ujungkelingking - Jihad adalah bagian dari ajaran Islam. Jihad bahkan termasuk di antara kewajiban dalam Islam yang sangat agung.
Secara etimologis, jihad berasal dari kata  جَهَدَ - يُجَهِدُ  yang berarti mengerahkan segenap kemampuan dan tenaga yang ada, baik dengan perkataan maupun perbuatan, untuk memperoleh tujuan.

Sedang para ahli fiqih mendefinisikan jihad sebagai upaya mengerahkan segenap kekuatan dalam perang fi sabilillah secara langsung maupun tidak (misalnya dengan memberikan bantuan keuangan, pendapat, atau perbanyakan logistik, dll.). Karena itu, perang dalam rangka menegakkan kalimat Allah disebut dengan jihad.

Jihad dalam pengertian perang dan keagungannya disebut dalam Al-Qur’an pada banyak ayat. Begitu juga ancaman dan celaan Allah terhadap orang-orang yang enggan berjihad.

Pertanyaannya, kapan dan dimana jihad -dalam pengertian perang- itu dilakukan?

Pertama: Ketika kaum/negeri Muslimin diserang oleh orang-orang/negara kafir.

Ini disebut dengan jihad defensif.

Dalam kondisi seperti ini, Allah subhanahu wa ta'alaa telah mewajibkan kaum Muslimin untuk membalas tindakan penyerang dan mengusirnya dari tanah kaum Muslimin,


وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِ

"Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, tetapi janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [Al-Baqarah: 190]

Kedua: Ketika ada sekelompok Muslimin yang diperangi oleh orang-orang/negara kafir.

Kaum Muslimin wajib menolong mereka. Kaum Muslimin itu bersaudara, laksana satu tubuh. Karena itu, serangan atas sebagian kaum Muslimin pada hakikatnya merupakan serangan terhadap seluruh kaum Muslimin di seluruh dunia. Karena itu pula, upaya membela kaum Muslimin di Afganistan, Irak, atau Palestina, misalnya, merupakan kewajiban kaum Muslimin di seluruh dunia.

Allah subhanahu wa ta'alaa berfirman:


وَإِنْ اسْتَنْصُرُوْكُمْ فِي الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمْ النَّصْر

“Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam urusan agama ini maka kalian wajib menolong mereka.” [Al-Anfal: 72]

Ketiga: Ketika dakwah Islam yang dilakukan oleh Daulah Islam (Khilafah) dihadang oleh penguasa kafir dengan kekuatan fisik mereka.

Dakwah adalah seruan pemikiran, non fisik. Maka, ketika dihalangi secara fisik, wajib kaum Muslimin berjihad untuk melindungi dakwah dan menghilangkan halangan-halangan fisik yang ada di hadapannya dibawah pimpinan khalifah. Ini disebut dengan jihad ofensif.



Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, June 10, 2011
ujungkelingking - Ada sebuah kisah di jaman Rasulullah.

Seorang sahabat hendak berangkat ke medan perang. Sebelum berangkat, sahabat ini berpesan kepada istrinya agar tidak meninggalkan rumah selama dia berada di medan perang. Istri sahabat ini rupanya seorang istri yang sholehah. Pandai menjaga amanah. Taat kepada suami.

Setelah itu, beberapa waktu kemudian datanglah utusan dari orang tua si istri ini, mengabarkan bahwa ibunya sedang sakit keras. Ibunya berharap agar anaknya mau menjenguknya.

Istri sahabat ini dengan halus menolak. Ia mengatakan bahwa dirinya dilarang oleh suaminya untuk meninggalkan rumah, selama sang suami di medan perang. Maka pulanglah utusan itu.

Beberapa hari kemudian, utusan tersebut datang kembali. Dari utusan itu diperoleh kabar bahwa sakit ibunya semakin bertambah parah. Utusan itu berharap agar si istri sahabat ini sudi untuk menjenguknya, karena ini mungkin untuk yang terakhir kali.

Istri sahabat ini tetap menolaknya. Hatinya sedih mendengar keadaan ibunya, tapi dirinya adalah seorang muslimah –yang menjaga amanah suami adalah segala-galanya. Utusan itu pun akhirnya pulang dengan tangan hampa.

Hari berikutnya, utusan itu datang lagi. Kali ini kabar yang dibawanya cukup menyedihkan. Ibunya, telah meninggal. Lagi-lagi utusan itu meminta agar si istri ini mau untuk sekedar melihat jenazahnya.

Istri sahabat ini menangis. Namun dia tetap bergeming. Suaminya telah berpesan kepadanya, dan ia harus mentaatinya.

Utusan itu pun akhirnya kembali pulang. Akan tetapi sebelum pulang utusan itu mendatangi Rasulullah. Dia bermaksud melaporkan tindakan si istri sahabat –yang tidak mau menjenguk ibunya sendiri yang sedang sakit, hanya karena mentaati pesan suaminya.

Tapi apa jawaban Rasulullah?

“Perempuan itu, masuk Surga.”
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, June 10, 2011

Thursday, June 9, 2011

ujungkelingking - Pajak, secara globalnya dibagi menjadi 2 macam, yaitu pajak yang diambil secara adil dan memenuhi berbagai syaratnya; lalu pajak yang diambil secara dhalim dan melampaui batas.

Penetapan pajak karena keadaan darurat untuk memenuhi kebutuhan negara atau untuk mencegah kerugian yang menimpa - sedangkan perbendaharaan negara tidak cukup dan tidak dapat menutupi biaya kebutuhan tersebut - maka dalam kondisi seperti itu ulama telah memfatwakan bolehnya menetapkan pajak atas orang-orang kaya.


Hal tersebut berdasarkan kaidah “tafwit adnaa al-mashlahatain tahshilan li a’laahuma” (sengaja tidak mengambil mashlahat yang lebih kecil dalam rangka memperoleh mashalat yang lebih besar).

Berarti, salah satu hak penguasa kaum muslimin adalah menetapkan berapa besaran beban berjihad-harta kepada setiap orang yang mampu. Imam an Nawawi dan ulama Syafi’iyah yang lain, mereka juga menguatkan pendapat bahwa kalangan kaya dari kaum muslimin berkewajiban membantu kaum muslimin dengan harta selain zakat.

Termasuk juga, pungutan untuk fasilitas umum yang bermanfaat bagi seluruh individu masyarakat, atau apabila dakwah kepada Allah dan penyampaian risalah-Nya membutuhkan dana, maka kewajiban pajak dapat diterapkan untuk memenuhi keperluan itu. Kewajiban tersebut hanya bisa terealisasi dengan penetapan pajak di luar kewajiban zakat. Oleh karena itu, kewajiban ini ditopang kaidah “maa laa yatimmu al-wajib illa bihi fa huwa wajib“ (sesuatu, yang sebuah kewajiban tidak sempurna kecuali dengannya, maka sesuatu itu pun bersifat wajib).

Namun, ketetapan ini terikat dengan sejumlah syarat, yaitu:
  1. Bait al-maal mengalami kekosongan dan kebutuhan negara untuk menarik pajak memang sangat dibutuhkan sementara sumber pemasukan negara yang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak ada.
  2. Pajak yang ditarik wajib dialokasikan untuk berbagai kepentingan umat dengan cara yang adil.
  3. Bermusyawarah dengan ahlu ar-ra’yi dan anggota syura dalam menentukan berbagai kebutuhan negara yang membutuhkan dana tunai dan batas maksimal sumber keuangan negara dalam memenuhi kebutuhan tersebut disertai pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian dana tersebut dengan cara yang sejalan dengan syari’at.

Pajak jenis ini, yang dibagikan secara adil dan dengan cara yang benar telah disebutkan oleh para ahli fikih empat madzhab, sebagaimana hal ini didukung oleh perbuatan ‘Umar bin al-Khathab radliallahu ‘anhu di masa kekhalifahannya, dimana beliau mewajibkan pajak sebesar 10% kepada para pedagang ahlu al-harb, sedangkan untuk pedagang ahlu adz-dzimmah sebesar 5%, dan 2,5% bagi pedagang kaum muslimin.

***

Sedangkan pajak jenis kedua yang diambil secara tidak wajar dan zhalim, maka hal itu adalah merupakan bentuk “penyitaan” yang diambil dari pemiliknya secara paksa. Hal ini menyelisihi prinsip umum syari’at Islam yang terkait dengan harta, yaitu hukum asal dalam permasalahan harta adalah haram diganggu, berpedoman pada dalil-dalil yang banyak, diantaranya adalah sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Berdasarkan hal ini, maka berbagai hadits yang mencela para pemungut pajak dan mengaitkannya dengan siksa yang berat, kesemuanya didasarkan kepada makna pajak yang diberlakukan secara tidak wajar dan zhalim, yang diambil dan dialokasikan tanpa hak dan tanpa adanya pengarahan.

Pemungut pajak adalah salah satu pendukung tindak kedlaliman, bahkan dia merupakan kedlaliman itu sendiri, karena dia mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memberikan kepada orang yang tidak berhak. (Adz-Dzahabi dalam Al-Kabair)

Inilah kondisi riil saat ini. Berbagai pajak tidak wajar diwajibkan oleh pemerintahan atas kaum fakir. Kemudian, pajak tersebut disetorkan kepada para pemimpin, penguasa dan kalangan elit, yang pada umumnya digunakan untuk memenuhi syahwat dan kesenangan mereka dan hal itu tertuang dalam berbagai protokol resmi kenegaraan ketika menerima tamu dari kalangan para raja dan pemimpin. Demikian pula pajak tersebut dialokasikan untuk mendanai berbagai pesta dan festival yang di dalamnya terdapat kemaksiatan dan minuman keras, mempertontonkan aurat, pertunjukan musik dan tari serta kegiatan batil lainnya yang jelas-jelas membutuhkan biaya yang mahal.


Sumber: muslim.or.id
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Thursday, June 09, 2011

Wednesday, June 8, 2011

ujungkelingking - Bila seharian ini saya masih bernafas, maka itu berarti saya sudah menghirup udara gratis di dunia ini selama 233.280 jam, atau itu berarti sekitar 13.996.800 menit! Sebuah itung-itungan yang fantastis, tapi kebanyakan dari kita tidak pernah menyadarinya. Termasuk saya juga. Padahal, andai kita gagal menghirup udara selama 5 menit saja, kita sudah pasti “selesai” disini. Tapi begitulah kita, tak pernah sadar.

Begitu juga saya, sudah usia segini tapi masih belum “jadi apa-apa”. Masih begini-begini saja. Padahal, bertambah usia berarti berkurang umur. Banyak harapan, banyak rencana, tapi tak pernah te-realisasi, hanya karena tak pernah mau mencoba melangkah. Orang bilang, setiap permulaan itu sulit -saya bisa tambahkan- dan kita-lah yang harus membuatnya jadi lebih mudah.

Sayangnya, semua masih sebatas tulisan di kertas, cuma pikiran di dalam kepala. Saya, jujur saja, selalu takut melangkah. Takut jatuh, takut sakit, takut kecewa, takut shock, takut bangkrut, dan banyak lagi ketakutan-ketakutan yang menyelubungi hidup saya –yang saya sendiri yakin– bahwa ketakutan-ketakutan itu sesungguhnya tidak beralasan.

Untuk maju kita harus mulai melangkah. Katanya, perjalanan satu mil dimulai dari langkah pertama. Untuk tahu bagaimana cara berusaha yang benar, kita mungkin harus melakukan kesalahan dan gagal, untuk kemudian mempelajari kegagalan tersebut. Istilah di kampung saya "trial and error", hehe...

Bukankah semakin banyak dan sering kita berbuat kesalahan atau gagal, berarti kita semakin dekat dengan keberhasilan. Dan sebaliknya jika tidak pernah mencoba sama sekali berarti masih jauh dari keberhasilan. -Dale Carnegie-

Semuanya – sepertinya – harus dimulai dari cara berpikir kita. Baik saya maupun Anda. Pikiran sukses menciptakan orang sukses, kata John Kehoe, seorang penulis dari Irlandia. Tentunya pemikiran-pemikiran yang positif. Karena sebenarnya yang membuat orang gagal bukan apa yang ia pikirkan bahwa ia bisa, melainkan apa yang ia pikir bahwa ia tidak bisa. Itu seperti yang dikatakan Zig Ziglar, motivator dari negeri Paman Sam. Maksudnya, bila kita berpikir kita bisa, kita akan bisa. Sebaliknya, bila kita berpikir kita tidak bisa, maka itu berarti kita sudah gagal.

Tapi penting juga diingat bahwa ada dua jenis kegagalan.

Kegagalan yang pertama adalah orang yang berfikir, tetapi tidak pernah berbuat. Yang kedua adalah orang yang berbuat, tetapi tidak pernah berfikir. Artinya, setelah berpikir positif, maka langkah selanjutnya adalah action. Sebagian orang bermimpi untuk sukses sementara yang lainnya bangun dan bekerja keras untuk sukses. Saya dan Anda menjadi bagian yang mana, adalah bagaimana kita mensikapi pemikiran kita. Bahkan, kalau menganut kata Ernest Newman, seorang kritikus musik dari Inggris, orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. Dan mereka tidak takut gagal. Bukankah, bagi seorang ilmuwan semacam Herman Kahn, pengambilan resiko adalah intisari inovasi?

Sebaliknya, bila mereka ternyata gagal, mereka tidak menyebut hal itu sebagai kegagalan. Sebab bila sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana, maka mereka menerimanya sebagai bagian dari tanggung jawab. Orang selalu menyalahkan keadaan untuk sesuatu yang terjadi pada dirinya. Sedangkan orang-orang sukses selalu bangkit dan mencari situasi yang mereka inginkan. Jika tidak menemukannya, mereka akan menciptakannya. -George Bernard Shaw-

Disamping kesemuanya itu, ada satu hal lagi yang cukup penting, yang perlu juga saya tulis disini. Saya kutip dari ungkapan James M. Barrie, bahwa rahasia kebahagiaan (saya menyebutnya, kesuksesan) bukanlah melakukan apa yang kita sukai, tapi menyukai apa yang kita lakukan.

Kita sering terjebak disini. Bukannya menyukai apa yang kita kerjakan, tapi lebih kepada mengerjakan apa yang kita sukai, padahal apa yang kita sukai itu tidak menghasilkan apa-apa untuk kita.

Maka penting untuk menyukai apa yang kita kerjakan, agar kita punya daya tahan lebih saat kita jatuh. Bila tidak, kita sangat mungkin terjebak pada depresi dan pesimistis.

Kesimpulannya, semakin matang usia kita, harusnya semakin sukses kita. Kita, harus memulainya sekarang juga. Memang tidak ada kata terlambat untuk berusaha, tapi bila kita terus menunda-nunda, maka itulah yang disebut kebodohan. Jika Anda menangguhkan segala hal sampai merasa yakin, Anda tidak akan menyelesaikan apa-apa. -Norman Vincent Peale-

At least, satu ungkapan yang amat menyejukkan hati, berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna. –Einstein-

Bismillah,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, June 08, 2011

Saturday, June 4, 2011

ujungkelingking - Banyak orang yang enggan (baca: malas) menghentikan kebiasaan merokok adalah karena mereka tidak menyadari manfaatnya, karena manfaatnya akan tampak setelah beberapa tahun kemudian.

Tapi apa yang ditulis di
detikhealth ini barangkali perlu dibaca oleh para smokers, bahwa jika mau berhenti merokok sekarang juga, maka keuntungannya akan segera dirasakan beberapa jam berikutnya.

Jika Anda berkeinginan kuat untuk menghentikan kebiasaan Anda merokok, dan Anda memulainya sekarang juga, maka:
 

8 jam kemudian, kadar nikotin dan karbon monoksida dalam darah akan sangat berkurang. Hal ini bisa menurunkan risiko serangan jantung dan kadar oksigen dalam darah akan meningkat ke jumlah normal.

24 jam kemudian, risiko terkena serangan jantung semakin berkurang. Semua karbon monoksida dan nikotin akan keluar dari dalam tubuh. Serta ujung saraf mulai tumbuh kembali sehingga mengembalikan kemampuannya untuk meningkatkan sensor rasa dan bau. 

48 jam kemudian, ini adalah saat yang sulit karena efek samping akan muncul seperti sakit perut dan muntah. Tapi pada saat ini juga terjadi penurunan risiko kerusakan paru-paru dan menghentikan risiko kanker paru-paru. 

72 jam kemudian, tabung bronchial yang ada di tubuh mulai rileks sehingga membuat seseorang bisa bernapas lebih mudah lagi. 

2 minggu kemudian, fungsi paru-paru kembali meningkat hingga 30% sehingga memperbaiki sirkulasi darah dan membuat orang lebih mudah melakukan kegiatan. Meski kadang ditemukan gejala withdrawal seperti mudah tersinggung, sakit kepala dan kecemasan.

1-9 bulan kemudian, penampilan fisik akan mulai membaik, seperti warna pucat kelabu di tubuh hilang, mengurangi kerut, mengurangi batuk, sesak napas, hidung tersumbat dan kelelahan. Selain itu rambut silia di paru-paru mulai berfungsi dengan baik dalam membersihkan lendir sehingga mengurangi risiko infeksi.

1 tahun kemudian, risiko seseorang terkena penyakit jantung yang berhubungan dengan merokok akan berkurang sekitar 1,5 kali dibanding satu tahun lalu. 

10 tahun kemudian, risiko terkena serangan jantung dan kanker paru-paru akan berkurang hampir sama dengan orang yang tidak pernah merokok, serta mengurangi risiko kanker lainnya seperti mulut, tenggorokan, kandung kemih dan pankreas.

So, masih bertahan dengan rokok Anda?
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, June 04, 2011

Wednesday, June 1, 2011

ujungkelingking - Hehe, siapa yang bilang kalau orang yang merokok, memegangnya dengan dua jari, itu keren?
 
Semua iklan rokok di televisi mengasumsikan demikian. Padahal, antara iklan dengan rokoknya sendiri sering kali ndak nyambung.

Berbagai studi menjelaskan bahwa di dalam asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia racun (toksik) dan 43 senyawa penyebab kanker (karsinogenik). Hal ini menjelaskan kenapa asap rokok lebih berbahaya dari asap kendaraan, yang lebih sedikit kandungan berbahayanya seperti karbon monoksida, sulfur dan nitrogen.
Bahaya rokok dengan jelas kita yakin, merusak jantung, paru-paru, otak, menyebabkan kanker, penyakit sistem saluran pernapasan, gangguan reproduksi dan juga kehamilan, dan itu samasekali tidak keren.

Rokok bikin nafas bau. Jangankan si perokok, berada di dekat orang yang merokok pun bisa membuat badan bau asap. Bau asap rokok yang juga susah hilang ini karena asap rokok terbuat dari rantai molekul yang panjang, sehingga sulit untuk dihilangkan, terutama pada kain. Selain itu asap rokok yang dihasilkan umumnya mengandung banyak residu. Dan seorang perokok umumnya memiliki bau napas yang tidak enak. Dan itu sangat tidak keren.

Rokok tak hanya menyebabkan penyakit serius seperti telah disinggung di atas, tetapi juga membuat rambut rontok yang berpotensi mempercepat kebotakan. Merokok dapat meningkatkan kadar hormon yang bertanggung jawab untuk kerontokan rambut pada pria. Saya kira, itu juga tidak keren.

Nikotinnya bisa menodai gigi dan membuat warnanya terlihat menguning, tidak bersih. Bisa saja si perokok mempunyai gigi putih dengan pergi ke dokter gigi tapi tentu saja harus mengeluarkan biaya rutin yang tidak murah. Kita sepakat, itu tidaklah keren.

Merokok bisa mempercepat proses penuaan. Perokok terlihat 1,4 tahun lebih tua daripada yang bukan perokok. Rokok juga membuat masalah besar terhadap gigi termasuk risiko kanker mulut dan penyakit gusi. Studi di Inggris tahun 2005 yang dimuat dalam Journal of Clinical Periodonti menyebutkan, perokok enam kali lebih besar mengalami penyakit gusi yang dapat menyebabkan hilangnya gigi. Ompong itu, tidak keren.

Perokok dapat tempat duduk yang buruk di beberapa tempat. Ruangan merokok biasanya kecil, bau, dan sering terselip di belakang meja dan di dekat toilet. Ini juga tidak keren.

Merokok mengurangi aliran pembuluh darah perifer dan aliran darah yang diperlukan untuk mencapai ereksi, sehingga alirah darah bisa menjadi tersumbat dan membuat perokok mengalami impotensi atau disfungsi ereksi. Tentu, hal ini menjadi harga yang sangat tinggi untuk membayar sebungkus rokok.

Sumber: detikHealth
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, June 01, 2011
ujungkelingking - Politik, dalam pemahamannya adalah ilmu mengenai ketatanegaraan; atau segala tindakan mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain; atau cara bertindak/bersiasat dalam menangani suatu masalah. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, v1.1)

Maka seorang politikus adalah seseorang yang mengerti tentang urusan kenegaraan dan mengerti tentang bagaimana menangani suatu permasalahan.

Kali ini saya ingin bercerita tentang seorang perempuan yang bernama Zulaikha. Siapa dia? Bila Anda ingat kisah fenomenal tentang Nabi Yusuf alaihissalaam, tentu Anda akan tahu siapa Zulaikha.

Dia adalah seorang wanita cantik yang juga istri seorang pembesar Mesir kala itu. Menjadi orang paling terpandang di negeri itu tidak lantas membuat dirinya bisa menikmati hidup yang tenang. Selalu menjadi sorotan, adalah hal yang jamak terjadi. Termasuk, ketika kasus tentang dirinya dengan Yusuf alaihissalaam terbongkar ke publik. Adalah sebuah kesalahan yang teramat memalukan jika seorang bangsawan sekelas Zulaikha jatuh cinta terhadap seorang budak.
Nada sindiran dan cemoohan mulai bertebaran di seluruh negeri. Zulaikha pun sukses menjadi bahan gosip nomor satu di setiap celah kota.

Awalnya, Zulaikha membiarkan saja kasak-kusuk itu menyerang dirinya. Bisik-bisik itu terus diabaikannya. Namun, pada akhirnya habis juga kesabarannya. Semakin jengah Zulaikha dibuatnya. Maka mulailah ia memikirkan cara untuk mengakhiri segala sindiran dan cemoohan yang membuat panas telinganya itu.

Dibuatnya daftar para bangsawan dan orang-orang kaya di kota. Lalu dikirimkanlah undangan untuk menghadiri jamuan di istana kepada istri-istri mereka. Kenapa bangsawan dan orang kaya? Karena pada saat itu mereka-lah orang-orang yang memiliki pengaruh besar di tingkat kota. Bila Zulaikha berhasil disini, maka itu berarti dia berhasil pada seluruh negeri.

Segera dikumpulkanlah para istri bangsawan itu di sebuah aula yang cukup besar, dan dihidangkan di depan mereka buah-buahan yang ranum dan lezat. Para istri bangsawan itu rupanya tidak sabar untuk segera mencicipi buah-buah itu. Pada saat itulah, Zulaikha memerintahkan Yusuf alaihissalaam untuk berjalan mengitari mereka.

Hasilnya sudah bisa ditebak, para istri bangsawan itu semua terkesima melihat Yusuf. Terpesona akan ketampanannya dan keindahannya. Bahkan dalam sebuah riwayat diceritakan, beberapa diantara mereka sampai mengiris tangan mereka sendiri dengan tanpa sadar. Melihat itu Zulaikha tersenyum. Rencananya telah berhasil.

Sebenarnya apa keberhasilan Zulaikha disini?

Zulaikha berhasil membuat istri para bangsawan itu terpesona - bahkan jatuh cinta - melihat Yusuf alaihissalaam. Zulaikha telah berhasil membuat istri para bangsawan itu melakukan kesalahan yang sama dengan dirinya. Yang dengan hal itu, membuatnya tidak lagi dicemooh dan disindir karena telah jatuh hati kepada seorang budak. Karena faktanya, semua istri para bangsawan yang hadir saat itu juga jatuh hati kepada seorang budak.

Maka inilah yang kemudian disebut sebagai “politik Zulaikha”. Yaitu, buat orang lain melakukan kesalahan yang sama, maka mereka tidak akan menyalahkan Anda. Karena prinsip dalam masyarakat kita, kesalahan yang dilakukan oleh banyak orang adalah suatu kebenaran.

Tapi tentu itu bukanlah hal yang benar.

Saya percaya bahwa saya dan Anda bukanlah tipikal yang seperti itu. Jauh lebih bermartabat dengan mengakui kesalahan dan memperbaikinya, daripada membuat kesalahan baru untuk menutupi kesalahan lama. Solusi yang baik sudah semestinya dihasilkan dari cara yang baik pula.

"Setiap orang bisa mengkritik, mengecam, dan mengeluh. Tapi hanya orang berkarakter yang bisa mengontrol diri untuk memahami dan memaafkan." (Dale Carnegie, penulis dan pengajar)

Wallahu a’lam
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, June 01, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!