Saturday, December 31, 2011

ujungkelingking - Mengutip sebuah definisi (artikata.com) dari kata "baru", ia diartikan sebagai belum pernah ada, atau dilihat, atau didengar sebelumnya, dsb.

Maka kemudian muncul pertanyaan, haruskah kita mengawali tahun baru besok dengan semangat yang baru? Bila mengikut definisi di atas, semangat baru berarti semangat yang mulai dari awal lagi. Kita mulai dari NOL lagi. Bila benar ini yang dimaksudkan oleh slogan-slogan yang kerap kita jumpai dimana-mana, maka ini yang disebut kebodohan!

Kenapa harus mulai dari awal lagi? Toh, kita sudah punya semangat di tahun sebelumnya. Jika mulai dari awal lagi, dan tiap tahun akan seperti itu, kapan kita bisa punya semangat (etos kerja) yang tinggi?

Ibaratnya, tahun ini kita sudah memiliki semangat (anggap saja) di level 4, kemudian karena memasuki tahun yang baru, maka semua dimulai dari awal lagi, yaitu di level 1 (lagi). Haha.. lucu, bukan?

Jadi tak perlu kita mulai dari awal lagi. Tak perlu kita munculkan semangat baru. Lanjutkan saja yang ada, kemudian kita tingkatkan sedikit demi sedikit.

Salam,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, December 31, 2011

Tuesday, December 27, 2011

ujungkelingking - Dalam sebuah surat kabar hari ini ditulis sebuah berita -yang intinya- adalah tentang sosialisasi penggunaan kondom perempuan yang semakin ditinggalkan oleh para pekerja seks komersial.

Salah satu alasannya adalah proses pemasangannya yang dinilai terlalu ribet. Padahal, menurut penggiat di sebuah LSM pendamping PSK, tujuan penggunaan kondom tersebut selain untuk mencegah kehamilan juga untuk mengurangi penularan penyakit menular seksual. Bahkan efektifitasnya diklaim sampai 95%!
Pertanyaannya, seberapa pentingnya "penyelamatan" kondisi kesehatan para pekerja seks tersebut dibanding dengan penyelamatan generasi muda kita?

Terlalu lebay-kah pertanyaan saya? Saya pikir tidak. Coba anda mereka-reka, andai semua PSK tidak berpenyakit, semua pengguna tidak berpenyakit, maka yang terjadi kemudian adalah semakin suburnya bisnis perlendiran di negri yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa ini. Malah bisa jadi keuntungan dari bisnis semacam inilah yang akan menopang Ibu Pertiwi. Maka anda tinggal membayangkan sepuluh atau duapuluh tahun yang akan datang, mungkin putri-putri kita yang meneruskan jejak mereka, atau putra-putra kita yang rajin sowan ke wisma-wisma itu. Siapkah kita akan hal itu? Bahkan memikirkan pun saya tak berani.

Banyak memang alasan-alasan klise yang bakal disampaikan. Mulai dari sulitnya biaya hidup, sampai sakit hati karena dikhianati, dsb. Tapi ingatlah, sebab yang salah tidak serta-merta (harus) melahirkan solusi yang salah. Banyak contohnya -bila kita mau memperlebar sudut pandang kita- orang-orang yang berawal dari kehidupan yang "salah" malah berakhir menjadi tokoh-tokoh luar biasa.

Wahai para PSK, selamatkanlah diri kalian. Saya percaya di Republik ini masih banyak wilayah-wilayah halal untuk digali. Berusahalah dan jangan pernah menyerah! Tuhan akan menjawabnya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Tuesday, December 27, 2011

Saturday, December 24, 2011

ujungkelingking - Saya bukan seseorang yang paling baik keimanannya. Saya juga tidak akan mengatakan bahwa ormas (baca: aliran) saya yang paling benar, sebab dalam agama saya banyak sekali sekte-sekte. Tapi saya setuju satu hal, bahwa kebenaran itu cuma satu, dan semua agama benar adalah sebuah statement yang salah.

Saya cinta damai. Saya benci pengeboman, perusakan tempat ibadah, dan yang sejenis itu -yang bercover penegakan agama. Tapi bukan berarti saya harus melakukan apa yang anda lakukan. Saya akan sangat menghormati bila, anda tidak usil terhadap agama saya dan saya-pun tidak akan menggaggu dan mengusik kepercayaan anda.

Mari, kita sama-sama berjalan di jalan masing-masing. Jangan saling menyerempet atau menyenggol, sebab mungkin kita akan sama-sama terjatuh. Beribadahlah dengan tenang, kami-pun akan menjalani ibadah kami dengan khusyu dan ikhlas. Jalani saja apa kepercayaan masing-masing, mudah-mudahan kita menemukan apa yang kita cari.

Semoga.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, December 24, 2011
ujungkelingking - Sebenarnya apa itu jenius?

Ilustrasi: Google
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia v1.1 jenius (genius) didefinisikan sebagai berkemampuan (berbakat) luar biasa dalam berpikir dan mencipta. Sementara menurut wikipedia  adalah istilah untuk menyebut seseorang dengan kapasitas mental di atas rata-rata di bidang intelektual, terutama yang ditunjukkan dalam hasil kerja yang kreatif dan orisinal. Seorang yang genius selalu menunjukkan individualitas dan imajinasi yang kuat, tidak hanya cerdas, tapi juga unik dan inovatif.

Kalau kita perhatikan, ada persamaan antara ilmuwan-ilmuwan jaman dahulu dengan para ilmuwan masa kini. Persamaannya adalah terletak pada bahwa mereka menjadi ilmuwan tidak terjadi dalam waktu sekejap.  Seorang Thomas A. Edison mengatakan jika jenius itu adalah 1% inspirasi dan 99% sisanya adalah kerja keras. Maka inilah yang kemudian menjadikan adanya persamaan tersebut.

Kerja keras menuntut adanya ketekunan. Atau dengan kata yang -saya pikir- lebih mencakup adalah, kreatifitas. Kreatifitas memungkinkan seseorang memiliki banyak ide, banyak gagasan, banyak jalan keluar, sehingga dia akan terpicu untuk mengaplikasikan -kalau perlu- semua ide tersebut hingga menemukan jawaban yang pas. Dengan kata lain, dia tidak mudah menyerah.

Karena itulah jenius sama sekali tidak identik dengan pintar.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Saturday, December 24, 2011

Friday, December 23, 2011

ujungkelingking - Judul di atas terlalu provokatif ya?

Hehe... itu hanya sebuah judul. Saya tidak bermaksud menyombongkan diri dengan menganggap keislaman saya-lah yang paling benar. Ukuran keislaman yang benar itu hanya ada pada Allah sajalah. Kita mungkin hanya bisa mengira-ngira bahwa si A itu islamnya bagus, si B itu islamnya kurang, dst. Tapi kita tidak benar-benar bisa tahu, bukan?

Lalu apakah kita memang tidak boleh tahu "ukuran" keislaman itu?

Yang dikatakan baik keislamannya itu apakah orang yang hafal Al-Qur'an 30 juz?
Atau apakah yang puasa dan ibadahnya sepanjang tahun?
Atau apakah yang sedekahnya sudah tak terbilang?
Atau apakah yang jiwa sosialnya tak tertandingi?
Dan atau-atau yang lain...

Tapi sebuah "bocoran" dari Rasulullah mungkin bisa menyederhanakan rumusan itu. Kata Rasulullah,

"Diantara tanda-tanda bagusnya keislaman seseorang adalah dia (mampu) meninggalkan hal-hal yang tidak berguna".

Keislaman yang baik berarti jauh dari kesia-siaan. Logikanya, bila kita mampu meninggalkan segala hal yang sia-sia, insyaallah keislaman kita akan menjadi lebih baik.

Sekali lagi, tulisan ini bukan untuk menunjukkan bahwa saya-lah orang yang paling jauh dari hal yang sia-sia sebab pada kenyataannya saya masih jauh sekali dari hal itu.

Tulisan ini hanya sekedar mengajari diri saya pribadi, sekaligus mengingatkan kita semua untuk terus memperbaiki keislaman kita.

Bismillah,
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, December 23, 2011

Friday, December 16, 2011

ujungkelingking - Dulu saya bertanya-tanya tentang maksud dari sebuah karya fenomenal, al-Wala' wa 'l-Bara'. Tapi pada khutbah Jum'at tadi, sang khotib menjelaskan sedikit tentang maksud dari konsep tersebut.

Secara mudahnya, al-wala' berarti loyalitas, sedangkan al-bara' diartikan sebagai dis-loyalitas. Maksudnya apa? Maksudnya adalah bahwa kita sebagai seorang Muslim harus memiliki kedua prinsip ini. Ringkasnya, tahu kapan dan kepada siapa harus berloyalitas dan paham kapan kepada siapa harus "berseberang".

Dijelaskan oleh sang khotib bahwa ada tiga tujuan (target) dalam konsep ini. Pertama, kita wajib loyal (wala') kepada orang-orang Mu'miniin, yaitu orang-orang Muslim yang dalam pemikiran dan kehidupannya berlandaskan hukum-hukum Al-Qur'an. Haram bagi kita bila menentang dan tidak bermakmum kepada mereka.

Kedua, kita diwajibkan dis-loyalitas (bara') terhadap orang-orang Kafir, meski dalam kehidupan sosial kita tetap diharuskan berbuat baik terhadap mereka. Bara' terhadap mereka berarti tidak mengakui agama dan kepercayaan mereka, tidak meragukan kekafiran mereka, juga tidak ikut terlibat dalam acara-acara keagamaan mereka, termasuk dalam hal ini adalah mengucapkan selamat hari raya kepada mereka.

Ketiga, kita memiliki kombinasi antara loyalitas dan dis-loyalitas terhadap orang-orang Muslim yang durhaka dan menyelisihi perintah Allah.

Wallahu a'lam.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Friday, December 16, 2011

Wednesday, December 14, 2011

ujungkelingking - Kemarin malam, akhirnya dengan terpaksa saya harus mengikuti anjuran istri saya untuk memanggil tukang urut ke rumah. Pasalnya tiga hari sebelumnya badan saya rasanya pegal luar biasa. Maklum jarak rumah-kantor yang lumayan jauh memaksa saya untuk duduk di jok motor satu jam lebih. Tapi bukan ini poinnya.

Malam itu, saat dipijat (biasa-lah tukang pijat kan banyak omongnya), hehe... Kami pun sempat mengobrol banyak. Mulai dari ayahnya yang (katanya) memiliki semacam "perguruan" dalam hal ilmu-ilmu pengobatan. Atau tentang dirinya yang (ngakunya) kenal dengan banyak pejabat-pejabat kelas atas. Tapi, ini juga bukan poin tulisan saya. :P

Yang menjadi perhatian saya kemudian adalah ketika dia menyayangkan tentang perbedaan-perbedaan yang kemudian pada akhirnya mengantarkan kita ke gerbang perdebatan-perdebatan panjang yang tak berujung pangkal. (Kok jadi puitis gini?) :D

Analoginya kemudian seperti ini, kita masing-masing memegang peta kota Surabaya. Kemudian masing-masing punya pendapat tentang rute menuju Tugu Pahlawan. Masing-masing mengaku tahu rute terbaik. Tapi sadarkah anda, bahwa kita cuma sekedar melihat peta saja. Tidak ada diantara kita yang benar-benar menelusuri rutenya, melewati jalannya. Dan kita hanya terus berdebat, berperang hebat.

Bukankah lebih bijaksana bila, tiap-tiap kita menelusuri rute masing-masing? Bila kita semua pada akhirnya bisa bertemu di Tugu Pahlawan, kita masing-masing akan berucap,

"Ohhh, ternyata anda sampai juga disini. Selamat ya!"

Dan bila ternyata salah jalan -meski ngedumel- kita toh tetap putar arah juga. Memang (harusnya) cuma ada satu jalan yang benar. Tapi tak pernah ada jaminan bahwa rute kita-lah yang benar.

Saling menghormati pendapat orang lain, itu poinnya.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Wednesday, December 14, 2011

Monday, December 5, 2011

ujungkelingking - Dalam kalender hijriah, besok adalah hari Assura', yang disunnahkan berpuasa pada hari itu. Bila ditarik sebuah garis lurus ke belakang, maka akan kita dapati kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi pada tanggal 10 Muharram, yang saya himpun dari beberapa sumber;
  1. Diampuninya Adam setelah taubatnya yang beratus-ratus tahun karena melanggar perintah Allah untuk tidak memakan buah Syurga,
  2. Idris diangkat ke langit,
  3. Berlabuhnya perahu Nuh setelah banjir besar yang melenyapkan seluruh umat manusia. Beberapa literatur mencatat hanya 40 keluarga saja yang selamat dari banjir tersebut karena mengikuti seruan Nuh alaihissalaam. *Kita -tentunya- adalah keturunan diantara 40 keluarga tersebut!
  4. Ibrahim dilahirkan, diangkat sebagai khalilullah, dan diselamatkan dari api Raja Namrud,
  5. Diterimanya taubat Daud alaihissalaam,
  6. Diangkatnya Isa alaihissalaam ke langit,
  7. Diturunkannya Taurat kepada Musa, diselamatkan beliau dari kekejaman Fir'aun, dan ditenggelamkannya Fir'aun dan bala tentaranya di laut Merah,
  8. Yunus dikeluarkan dari perut ikan,
  9. Dikembalikannya kerajaan Sulaiman sebagai bentuk penghormatan kepada beliau,
  10. Yusuf dibebaskan dari penjara Raja Mesir, disembuhkan mata Ya'kub karena kepulangan Yusuf pada hari itu,
  11. Ayyub alaihissalaam sembuh dari penyakitnya,

Tapi sejujurnya, saya tidak memiliki sumber yang benar-benar valid tentang kejadian-kejadian di atas. Jadi, terlepas dari apakah kisah-kisah itu benar adanya atau tidak, cukuplah bagi kita sebuah perintah dari Rasulullah shallallahu alaihi wa salaam untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari itu (baca: besok).

Jadi, selamat berpuasa untuk anda yang besok melaksanakan puasa 10 Muharram.

Saya? Insyaallah puasa.


*dari berbagai sumber
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 05, 2011
ujungkelingking - Sejak dahulu kala, nenek moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pelaut yang handal. Keberanian mereka menaklukkan lautan sungguh tak dapat diragukan. Bahkan sebuah lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud tahun 1940 menggambarkan tentang hal itu. Tapi darimana keberanian itu mereka dapatkan, padahal peta lautan saja belum banyak dibuat?

Jauh sebelum Al-Idrisi atau pun Copernicus mengemukankan pendapat mereka, bangsa Barat memiliki teori bahwa bumi itu berbentuk datar seperti meja. Sehingga bila kita berlayar terus-menerus ke suatu arah, maka pada suatu saat kita akan sampai di tepi “meja” tersebut lalu jatuh entah kemana. Karena memegang prinsip inilah kemudian bangsa Barat tidak berani melakukan pelayaran jauh.

Sedangkan nenek moyang kita -yang notabene tidak (pernah) kenal dengan teori tersebut- tentu saja tidak memiliki kekhawatiran apa pun, sehingga mereka berani melakukan pelayaran jauh.

Hmmm, terkadang ketidak-tahuan (bisa jadi) memang sebuah keberkahan.
Written by: Pri Enamsatutujuh
UJUNGKELINGKING, at Monday, December 05, 2011

Popular Posts

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!